LOGO KAMI

LOGO KAMI

Laman

Rabu, 20 Maret 2013

MENCARI ALLAH DI DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Robertus Michael Nopen Saputro*

 

clip_image002Gaya Hidup Santo Fransiska Romana

Fransiska Romana lahir di Roma pada tahun 1384. Setelah ia menginjak usia dewasa, ia menikah dengan seorang bangsawan yang bernama Lorenzo. Ia dikaruniai beberapa orang anak. Kehidupan dalam keluarganya sangatlah bahagia karena mereka menciptakan suasana saling pengertian dan cinta kasih. Hubungan dengan Tuhan ditunjukan melalui doa-doanya. Ia juga sangat memperhatikan suami dan anak-anaknya.

Prisip hidup yang dipegangnya adalah “Seorang istri dan ibu harus meninggalkan Allah di gereja dan mencariNya di dalam urusan-urusan rumah tangga dan pengalaman hidup sehari-hari.” Suaminya sempat disandra, saat terjadi perang di Roma. Akan tetapi, di kemudian hari, ia dibebasakan. Fransiska dikenal sebagai seorang pendoa, seorang mistika abad XV dan model bagi ibu-ibu rumah tangga di Roma. Ia meninggal pada 9 Maret 1440 dan digelari “Kudus” pada tahun 1608.

Santa Fransiska Romana menjadi teladan bagi keluarga untuk menumbuhkan iman dalam keluarga. Kesetiaannya untuk melibatkan di dalam keluarga, membawanya pada penaburan benih iman, kepada keluarganya. Kita, sebagai anggota keluarga, dapat belajar dari Santa Romana untuk melibatkan diri di dalam keluarga.

Doa Bersama di dalam Keluarga

Alberto A. Moi, O.Carm, dalam bukunya tentang Menimba Kekuatan Doa, mengajarkan tentang doa yang efektif. Doa bersama yang efektif dapat menumbuhkan iman, apalagi hal ini terjadi di dalam komunitas kecil atau keluarga. Keluarga memerlukan untuk mengembangkan doa bersama, agar keluarga-keluarga dapat menghaturkan doa kepada Tuhan dengan efektif dan berdaya guna.

Hal praktis dalam doa bersama adalah Pertama, kesadaran bersama. Dalam keluarga yang harmonis, perlu adanya kesadaran bersama. Kesadaran bersama ini perlu dipupuk. Kesadaran ini adalah kesadaran untuk menyatukan parasaan hati, pikiran dan kehendak. Suasana keharmonisan dalam keluarga sangatlah penting. Bagitu juga dengan keharmonisan berdoa dalam keluarga. Mereka perlu menciptakan kesadaran bersama agar doa menjadi efektif dan berdaya guna.

Kedua, menjadi satu dalam doa. Kita membutuhkan persatuan di dalam keluarga. Kesatuan diri dan keterlibatan diri dalam keluarga, menambah keharmonisan dalam keluarga itu sendiri. Kesatuan dalam doa menujukkan kebersamaan dalam satu intensi khusus. Satu intensi ini didoakan secara bersama-sama.

Ketiga, doa untuk seluruh makluk ciptaan. Doa bersama mematahkan keegoisan diri. Doa bersama bukan hannya untuk kepentingan diri sendiri atau kelompoknya sendiri. Doa bersama di dalam keluaga menumbuhkan keprihatinan dan kepedulian terhadap makhluk ciptaan yang ada di alam semesta ini.

Sebagai keluarga sikap saling memperhatikan satu sama lain, sangat diperlukan agar tercipta keluarga yang harmonis. Kita sebagai masyarakat kecil, yaitu keluarga, dapat mengusahakan untuk menumbuhkan iman. Keluarga menjadi komunitas pertama untuk bertolak menuju pertumbuhan iman bahkan dapat mencapai kesuburan. Sebab Ia telah bersabda “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.”

* Penulis adalah calon imam Keuskupan Tanjungkarang, Tingkat III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar